Mononukleosis: Virus Menetap Meski Sudah Sembuh
Gambar: edu.glogster.com

Mononukleosis: Virus Menetap Meski Sudah Sembuh

Mononukleosis, atau sering disebut mono, merupakan penyakit menular. Penyakit ini disebabkan oleh virus Epstein-Barr. Virus dapat menyebar melalui air liur, untuk alasan tersebut, kondisi ini juga terkadang disebut “penyakit ciuman”. Kondisi ini paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Namun, tidak menutup kemungkinan siapapun dan umur berapapun bisa mendapatkannya.

Virus Epstein-Barr (VEB) dikenal juga sebagai human herpesvirus 4, yang merupakan anggota dari keluarga virus herpes. Virus ini merupakan salah satu yang paling umum, dan dapat ditemukan diseluruh dunia. VEB paling sering menyebar melalui cairan tubuh, terutama air liur. VEB dapat menyebabkan mononucleosis dan penyakit lainnya.

Penyebaran

Telah disebutkan sebelumnya, VEB sering menyebar melalui cairan tubuh, terutama air liur. Namun, dapat juga menyebar melalui darah, cairan semen selama hubungan seksual, transfuse darah dan transplantasi organ. VEB juga dapat ditularkan melalui benda, seperti sikat gigi atau gelas minum yang baru digunakan oleh orang yang terinfeksi.

Pertama kali seseorang terinfeksi VEB (infeksi primer), ia dapat menyebarkan virus selama berminggu-minggu dan bahkan sebelum merasakan gejalanya. Setelah virus masuk ke dalam tubuh, virus akan tetap berada disana dalam keadaan laten (tidak aktif). Jika virus aktif kembali, ia berpotensi menyebarkan VEB ke orang lain, tidak peduli berapa lama waktu telah berlalu sejak infeksi awal.

Gejala

Gejala khas mono, biasanya muncul empat hingga enam minggu setelah seseorang terinfeksi VEB. Gejalanya meliputi :

  • Kelelahan ekstrim
  • Demam
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit kepala dan pegal
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan ketiak
  • Pembengkakan hati atau limpa, atau keduanya
  • Ruam

Pembengkakan limpa dan hati adalah gejala yang kurang umum. Pada beberapa kasus, hati dan limpa tetap membesar bahkan setelah kelelahan berakhir. Umumnya, seseorang akan merasa lebih baik dalam dua sampai empat minggu; namun, beberapa orang mungkin merasa lelah sampai beberapa minggu kedepan. Kadang, gejala mono bisa berlangsung selama enam bulan atau lebih.

Diagnosis

Menegakkan diagnosis infeksi VEB bisa menjadi tantangan tersendiri, karena gejalanya mirip dengan penyakit ain. Infeksi VEB dapat dipastikan dengan tes darah yang mendeteksi antibody. Sekitar sembilan dari sepuluh orang dewasa memiliki antibody yang menunjukkan bahwa mereka memiliki infeksi VEB saat ini, atau sebelumnya.

Tes laboratorium khusus mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab penyakit pada orang yang tidak memiliki kasus mono yang khas.

Pada darah pasien yang memiliki mono, kemungkinan menunjukkan;

  • Lebih banyak sel darah putih (limfosit) dari biasanya
  • Sel darah putih yang tampak tidak biasa (limfosit atipikal)
  • Neutrophil dan trombositnya sedikit dibawah normal
  • Fungsi hati abnormal

Pencegahan dan Pengobatan

Belum ada vaksin yang dapat melindungi dari infeksi mono. Virus akan hilang dengan sendirinya. Kita dapat melindungi diri dengan tidak berciuman atau berbagi minuman, makanan, atau barang pribadi dengan orang yang mengidap mono.

Tujuan utama pengobatan adalah meredakan gejala, berikut langkah yang bisa dilakukan agar merasa lebih baik :

  • Istirahat  yang cukup, dapat membantu tubuh melawan infeksi.
  • Minum banyak cairan, dapat mencegah dehidrasi.
  • Meredakan sakit tenggorokan, dengan cara berkumur dengan air garam atau konsumsi permen pelega tenggorokan.
  • Meredakan nyeri, dengan obat bebas seperti asetaminofen atau ibuprofen untuk meredakan nyeri dan demam. Jangan berikan aspirin pada anak-anak. Aspirin telah banyak dikaitkan dengan penyakit langka pada anak yang disebut Sindrom Reye. Sindrom ini merupakan penyakit serius yang bisa mengancam nyawa.

Jika mengalami infeksi mono, tidak disarankan konsumsi antibiotik. Kecuali jika ada infeksi bakteri (radang tenggorokan) selain mono, dokter mungkin akan memberi antibiotic untuk itu.

Pada kasus mono yang memiliki pembesaran limpa, pasien harus menghindari olahraga kontak, sampai pasien pulih sepenuhnya. Berpartisipasi dalam olahraga kontak bisa berat dan menyebabkan limpa pecah. Olahraga kontak merupakan olahraga yang membutuhkan kontak fisik antar pemain, seperti beladiri, dan sepak bola.

Referensi:

  1. American Academy of Family Physicians. Mononucleosis (Mono). 2020.
  2. Center for Disease Control. About Epstein-Barr Virus. 2018.
  3. Center for Disease Control. About Infectious Mononucleosis. 2018.

Leave a Reply

Close Menu