Tidur merupakan proses biologis yang kompleks. Saat tidur, kita tak sadar, namun otak dan fungsi tubuh tetap bekerja. Otak dan organ tubuh lain tetap menjalankan fungsinya agar tubuh tetap sehat dan berfungsi sebaik mungkin. Jika tubuh tidak mendapatkan tidur yang berkualitas dan cukup, tubuh akan merasa lelah. Kondisi ini akan tentunya mempengaruhi kesehatan fisik, mental, pikiran dan keseharian kita.
Gangguan tidur adalah keadaan yang mengganggu pola tidur normal kita. Gangguan tidur dapat mempengaruhi kesehatan, keselamatan dan kualitas hidup kita secara keseluruhan. Kurangnya waktu tidur, dapat menurunkan kemampuan dalam mengemudi/mengoperasikan mesin secara aman, serta masalah kesehatan lainnya.
Gejala dan Tipe Gangguan Tidur
Beberapa gejala gangguan tidur yang dapat dirasakan diantaranya; kantuk berlebih di siang hari, pernafasan tidak teratur, peningkatan gerakan saat tidur, siklus tidur dan bangun tidak teratur, dan kesulitan tidur.
Ada banyak sekali gangguan tidur yang sering dikelompokkan menurut kategori perilaku, masalah siklus tidur, masalah pernapasan dan lainnya. Beberapa tipe yang umum dialami diantaranya :
- Insomnia
- Tidak bisa memulai untuk tidur, atau kesulitan untuk tetap tertidur. Ini gangguan tidur yang umum.
- Sleep apnea
- Berhenti bernafas selama 10 detik atau lebih saat tidur.
- Restless Leg Syndrome/ RLS
- Sensasi kesemutan atau duri di kaki, bersama dorongan kuat untuk terus menggerakkan kaki.
- Hipersomnia
- Tidak dapat terjaga di siang hari, termasuk narkolepsi, yang menyebabkan kantuk di siang hari yang ekstrim.
- Gangguan Ritme Sirkadian
- Gangguan pada siklus tidur dan bangun. Gangguan ini membuat seseorang tidak dapat tidur atau bangun di waktu yang tepat.
- Parasomnia
- Gangguan ini membuat seseorang melakukan tindakan tak biasa saat tidur. Contohnya bangun, berjalan, berbicara atau makan saat tidur.
Penyebab Gangguan Tidur
Masing-masing gangguan tidur, memiliki penyebab tersendiri, beberapa diantaranya yaitu :
- Kondisi kesehatan, seperti penyakit jantung, paru, gangguan syaraf dan nyeri.
- Gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan
- Obat-obatan
- Genetic
Namun, terkadang penyebab gangguan tidur tidak diketahui. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi masalah pada tidur, yaitu konsumsi kafein, alkohol, pola tidur yang tidak teratur karena shift kerja. Terakhir faktor yang mempengaruhi masalah tidur adalah umur. Semakin tua seseorang, semakin berkurang waktu tidurnya, juga semakin mudah untuk bangun tidur.
Penilaian Gangguan Tidur
Dalam membuat diagnosis gangguan tidur, dokter akan melihat riwayat kesehatan, riwayat tidur dan pemeriksaan fisik. Kemungkinan, dokter juga akan membuat kajian polisomnografi.
Kajian gangguan tidur yang paling umum adalah memantau dan merekam data tubuh ketika tidur dalam satu malam. Data tersebut meliputi perubahan gelombang otak, pergerakan mata, tingkat pernafasan, tekanan darah, denyut jantung dan aktivitas kelistrikan jantung dan otot lain.
Kajian tidur lainnya dapat memeriksa seberapa cepat kita dapat tertidur pada siang hari, atau apakah kita dapat terjaga dan waspada pada siang hari.
Tidur yang Normal
Berdasarkan penelitian menggunakan polisomnografi, siklus tidur-bangun dikategorikan dalam 3 tahapan berbeda, diantaranya; bangun/terjaga, tidur gerakan mata cepat (REM), dan tidur gerakan mata lambat (NREM).
Dalam kondisi terjaga/bangun, EEG (electroenchepalogram/ pengukur gelombang otak) menunjukan frekuensi rendah yang berkisar 4 – 25 Hz atau siklus per detik. Rentang frekuensi antara 4 – 7 Hz merupakan gelombang theta. Saat seseorang rileks, namun menutup mata tetapi tetap terjaga, gelombang sinusoidal berada dalam frekuensi 8 – 13 Hz yang disebut juga gelombang alfa. Sedangkan frekuensi yang lebih besar dari 13 Hz merupakan gelombang beta.
Tidur NREM terjadi setelah terjaga dan terbagi menjadi IV tahap. Pada tahap I (kantuk) ditandai dengan hilangnya ritme alfa EEG, terjadinya penurunan bertahap hingga kemunculan gelombang theta. Pada tahap II terjadi tidur ringan, ditandai dengan frekuensi antara 10 – 16 Hz. Pada tahap ini, gerakan mata tenang, dan aktivitas listrik otot wajah berkurang jauh.
Tahap III dan IV dikenal dengan tidur gelombang lambat. Pada tahap ini, adanya kehadiran gelombang delta pada frekuensi 1 – 3 Hz sekali pada EEG. Tahap ini juga disebut dengan tidur delta atau sinonim lainnya adalah deep sleep.
Pada tidur REM, tegangan relatif rendah dan frekuensi campuran acak berkisar antara 4 – 25 Hz. Pada tahapan tidur REM inilah, mimpi dapat terjadi. Pada semua usia, tahapan tidur REM menyumbang sekitar 20 – 25 % dari total waktu tidur, sedangkan sisanya dibagi diantara berbagai tahapan tidur NREM. Proporsi tidur dalam tahapan NREM berbeda menurut usia.
Referensi :
- Medline Plus. Sleep Disorders. 2018.
- Mayo Clinic. Sleep Disorders. 2019.
- Cormier, RE. Clinical Methods: The History, Physical and Laboratory Examinations 3rd Edition. Chapter 77 Sleep Disturbances. 1990.