Fatalnya CMV Kongenital bagi Bayi
sumber gambar: babycenter.com

Fatalnya CMV Kongenital bagi Bayi

CMV atau Cytomegalovirus adalah virus yang menyebar melalui kontak dengan air liur, air mani, cairan vagina, darah, urine, air mata, feses, atau ASI. Begitu virus memasuki tubuh, ia akan tetap disana seumur hidup, namun sistem kekebalan tubuh yang sehat akan menahannya agar tetap terkendali. Terkadang virus dapat diaktifkan kembali, dan orang juga bisa memiliki lebih dari satu jenis CMV dalam hidupnya.

Kebanyakan orang dengan CMV tidak pernah menunjukkan gejala apa pun. Sejumlah kecil orang dewasa mungkin akan mengalami demam, kelelahan, dan nyeri otot saat pertama kali terinfeksi.

CMV pada Kehamilan

CMV dan bayi lahir mati

Tidak diketahui apakah CMV mungkin meningkatkan keguguran, tetapi penelitian pada bayi yang lahir mati (meninggal dalam masa kehamilan) telah ditemukan adanya infeksi virus CMV dan virus serupa lain yang mungkin menjadi penyebabnya. Namun sulit untuk mengetahui seberapa besar peran CMV dalam meningkatkan kemungkinan lahir mati, karena infeksi CMV sangat umum terjadi, dan bayi lahir mati bukan hal yang umum terjadi.

CMV dan cacat lahir

Dalam setiap kehamilan, terdapat 3-5% kemungkinan untuk melahirkan bayi dengan cacat lahir. Jika ibu hamil terkena CMV, virus dapat ditularkan ke bayi, hal ini disebut CMV kongenital. CMV kongenital adalah penyebab utama dari kecacatan perkembangan, dan penyebab utama gangguan pendengaran non-genetik. Ia juga menyebabkan masalah penglihatan, penyakit kuning, pembesaran hati, berat badan lahir rendah, ukuran kepala yang mengecil, gangguan sistem saraf, dan keterlambatan perkembangan gerakan fisik.

Saat ibu hamil mendapatkan infeksi CMV pertama kali dalam kehamilan, kemungkinan bayi tertular antara 30-50%. Sedangkan ibu hamil yang mengalami infeksi kedua (atau pengaktifan kembali), mungkin memiliki peluang lebih rendah untuk menularkan ke bayi yang sedang dikandung.

Tidak semua bayi yang terkena virus saat hamil, akan mengalami cacat lahir, hanya sekitar 1-10% saja. Efek jangka panjang seperti gangguan pendengaran dan masalah belajar masih dapat terjadi pada 10-15% bayi yang terinfeksi tapi tidak menunjukkan gejala saat lahir.

Jika infeksi CMV terjadi pada trimester pertama, akan berpengaruh lebih tinggi pada otak, pendengaran dan penglihatan, bila dibandingkan infeksi yang terjadi pada trimester kedua.

Deteksi CMV saat kehamilan

Untuk mengetahui apakah bayi dalam kandungan terkena CMV atau tidak selama kehamilan, salah satunya dengan ultrasonografi/USG. USG dapat menunjukkan beberapa masalah yang disebabkan oleh CMV kongenital seperti, pertumbuhan lambat, ukuran kepala kecil, plasenta besar, dan perbedaan struktur otak. Namun, banyak pula bayi yang memiliki CMV bawaan dan tidak menunjukkan tanda pada USG.

Terdapat cara lain untuk mendeteksi tanda CMV yaitu dengan amniosentesis, namun dokter akan mendiskusikan dahulu terkait risiko dan manfaat dalam menjalankan tes ini.

CMV dan menyusui

Meski telah disebutkan diatas, bahwa CMV dapat ditularkan melalui ASI, namun ibu dengan CMV dianjurkan untuk menyusui jika bayinya cukup bulan dan dalam kondisi sehat. Bayi cukup bulan yang terinfeksi CMV melalui ASI biasanya tidak sakit parah. Sebaliknya, bayi premature yang lahir sebelum 30 minggu dan beratnya kurang dari 1500gr, mungkin berisiko tinggi terkena sakit dari infeksi CMV melalui ASI. Bila bayi dicurigai memiliki gejala CMV seperti demam, diare atau kulit kekuningan, segera konsultasikan dengan dokter anak.

Pencegahan

Pada dasarnya, cara terbaik dalam mencegah infeksi CMV adalah dengan mempraktekkan kebersihan diri yang baik, terutama dengan mencuci tangan. Beberapa hal berikut juga dapat dilakukan untuk mencegahnya :

  • Cuci tangan setelah mengganti popok dan setelah kontak dengan urine, feses, atau air liur.
  • Bersihkan mainan, kereta bayi, kursi tinggi, dan permukaan lain tempat anak-anak bermain dan meletakkan tangan atau air liurnya.
  • Hindarilah ciuman dari mulut ke mulut dengan anak-anak di tempat penitipan anak.
  • Jangan berbagi makanan, minuman, atau peralatan makan.
  • Meski kondom lateks dapat mengurangi kemungkinan terkena CMV, tetapi lebih baik untuk memiliki hanya satu pasangan seksual saja.

Sumber : Organization of Teratology Information Specialists. Cytomegalovirus (CMV). 2019.

Leave a Reply

Close Menu