Cara Kerja MRI
gambar: nationalaglab.org

Cara Kerja MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk tubuh menggunakan medan magnet yang kuat, gelombang radio, dan computer untuk menghasilkan gambar detail bagian tubuh. MRI dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis atau memantau pengobatan untuk berbagai kondisi di dalam dada, perut, dan panggul. Bagi wanita hamil, MRI ddapat digunakan untuk memantau bayi dengan aman.

Pada dasarnya, medan magnet tidak berbahaya, namun dapat menyebabkan beberapa perangkat medis tidak dapat berfungsi. Umumnya implan ortopedi tidak menimbulkan risiko, tetapi pasien tetap harus memberi tahu bila memiliki perangkat atau logam pada tubuhnya. Beri tahu pula tentang masalah kesehatan seperti alergi atau operasi yang baru dialami, dan mengenai kehamilan. Jika pasien menderita klaustrofobia (ketakutan di tempat sempit dan tertutup), mungkin membutuhkan obat penenang ringan sebelum menjalani pemeriksaan.

Cara Kerja

MRI tidak menggunakan radiasi, tidak seperti pemeriksaan sinar X dan CT (computed tomography). Sebaliknya, gelombang radio menyelaraskan kembali atom hidrogen yang secara alami ada di dalam tubuh. Proses tersebut tidak menyebabkan perubahan kimiawi pada jaringan tubuh. Saat atom hidrogen kembali ke posisi semula, mereka memancarkan jumlah energi yang berbeda, bergantung pada jenis jaringan tubuh tempat mereka berada. Pemindai menangkap energi ini dan membuat gambar menggunakan informasi tersebut.

Pada sebagian besar unit MRI, medan magnet dihasilkan dengan melewatkan arus listrik melalui kumparan  kawat. Kumparan lain berada di mesin dan, dalam beberapa kasus, ditempatkan di sekitar bagian tubuh yang dicitrakan. Kumparan tersebut mengirim dan menerima gelombang radio, menghasilkan sinyal yang dideteksi oeh mesin. Arus listrik tidak bersentuhan dengan pasien.

Komputer memproses sinyal danmembuat serangkaian gambar, yang masing-masing menunjukkan potongan tipis dari tubuh. Gambar itulah yang dapat dipeajari oleh ahli radiologi. MRI dapat membedakan antara jaringan yang sakit dan jaringan normal dengan lebih baik daripada rontgen, CT, dan USG.

Manfaat dan Resiko

MRI memiliki manfaat diantaranya :

  • Teknik pencitraan non-invasif yang tidak melibatkan paparan radiasi.
  • Gambaran MRI dari struktur jaringan lunak tubuh, pada beberapa kasus lebih akurat mengkarakterisasi penyakit daripada metode pencitraan lainnya. Hal ini membuat MRI penting dalam diagnosis dini dan evaluasi banyak lesi fokal dan tumor.
  • Bermanfaat dalam mendiagnosis berbagai kondisi, termasuk kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kelainan otot dan tulang.
  • Mendeteksi kelainan yang mungkin dikaburkan oleh tulang dalam metode pencitraan lain.
  • Memungkinkan dokter menilai sistem empedu secara noninvasif dan tanpa injeksi kontras.
  • Bahan kontras gadolinium MRI cenderung menyebabkan reaksi alergi lebih kecil daripada yang berbahan yodium yang digunakan pada sinar X dan pemindaian CT.
  • Memberikan alternatif non-invasif selain rontgen, angiografi, dan CT untuk mendiagnosis masalah jantung dan pembuluh darah.

Selain manfaat, tentu ada pula risiko dari penggunaan MRI. Namun selama penggunaan MRI mengikuti pedoman keselamatan yang seusai, pemeriksaan ini hampir tidak menimbulkan risiko. Berikut beberapa risikonya :

  • Bila sedasi (penenang) digunakan, ada risiko penggunaannya terlalu banyak. Namun tanda vital akan dipantau untuk meminimalkan risiko.
  • Medan magnet yang kuat tidaklah berbahaya, namun dapat menyebabkan kegagalan fungsi perangkat medis implant atau menyebabkan distorsi gambar.
  • Fibrosis sistemik nefrogenik adalah komplikasi yang diketahui, tetapi jarang, yang berhubungan dengan injeksi kontras gadolinium. Hal ini biasanya terjadi pada pasien dengan gagal ginjal serius. Dokter akan menilai fungsi ginjal pasien dengan hati-hati sebelum mempertimbangkan memberi suntikan kontras.
  • Ada risiko alergi yang sangat kecil jika menggunakan kontras. Reaksi semacam ini umumnya ringan dan dapat dikendalikan dengan obat-obatan.
  • Produsen kontras memberi indikasi bahwa ibu menyusui sebaiknya tidak menyusu bayinya selama 24 – 48 jam setelah bahan kontras diberikan. Namun, ACR (American College of Radiology) Manual on Contrast Media terbaru, melaporkan bahwa penelitian menunjukkan jumlah kontras yang diserap oleh bayi selama menyusui sangat rendah.

Keterbatasan

Perolehan hasil gambar yang berkualitas, bergantung pada kemampuann pasie untuk tetap diam dan mengikuti instruksi menahan napas saat gambar sedang direkam. Seseorang dengan berat tubuh yang besar, mungkin tidak cocok dengan mesin MRI tertentu, karena terdapat Batasan berat bagi pemindai.

Implant dan benda logam lainnya dapat mempersulit perolehan hasil gambar yang jelas. Gerakan pasien  juga dapat memiliki efek yang sama. Selain itu, detak jantung yang sangat tidak teratur dapat mempengaruhi kuaitas gambar. Ha ini dikarenakan beberapa teknik pencitraan waktu berdasarkan aktivitas listrik jantung.

Pernapasan juga dapat menyebabkan artefak (gambaran asing yang tidak diinginkan), atau distorsi gambar selama MRI. Gerakan usus juga salah satu sumber lain dari artefak gerak dalam studi MRI perut dan panggul. Namun hal ini bukanlah masalah bagi pemindai dan teknik yang canggih.

Meski tidak ada alasan untuk percaya bahwa MRI membahayakan janin, wanita hamil sebaiknya tidak menjalani MRI selama trimester pertama kecuali diperlukan secara medis. MRI juga mungkin tidak selalu membedakan antara jaringan kanker dan cairan yang disebut edema. Pemeriksaan ini juga biasanya lebih mahal dan memerluka lebih banyak waktu untuk dilakukan daripada metode pencitraan lainnya.

Sumber: Radiology Info. Body MRI. 2018.

Leave a Reply

Close Menu